PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RAWA PENING RECREATIONAL WATERFRONT DI BAWEN KAB. SEMARANG DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR KONTEKSTUAL

Authors

  • Ahmad Aguswin
  • Purnama Sakhrial Pradini
  • Halim Sholihul Hadi

Keywords:

Kata Kunci: Bawen, Rawa Pening, Waterfront, Arsitektur Kontekstual.

Abstract

ABSTRAK

Rawa pening merupakan sebuah danau rawa yang mempunyai luas ±2.670 hektar, Rawa pening menempati 4 (empat) kecamatan, yaitu: Ambarawa, Bawen, Tuntang, dan Banyubiru. Pengelelolaan rawa yang belum maksimal menyebabkan banyaknya tumbuh enceng gondok yang menjadi penyebab pendangkalan pada rawa tersebut. Selain itu kurangnya sarana dan prasarana serta infrastruktur menjadi masalah dalam mengembangkan Rawa pening menjadi daerah tujuan wisata. Maka dari itu, perlu dilakukan suatu usaha diversifikasi atraksi wisata yang ditawarkan kepada wisatawan, yaitu dengan menyediakan fasilitas sarana dan prasarana serta sirkulasi pengunjung pariwisata Rawa pening yang sesuai dengan standar yang telah ditetapkan dan mengelola potensi yang ada untuk dikembangkan sebagai penunjang pariwisata, serta meningkatkan perekonomian dengan memberdayakan masyarakat sekitar Rawa pening. Metodologi penyusunan menggunakan metode deskriptif yaitu dengan mengumpulkan, memaparkan, mengkompilasi, dan menganalisa data yang kemudian diperoleh suatu pendekatan yang menjadi dasar penyusunan perencanaan dan perancangan. Perencanaan dan perancangan Rawa pening di Bawen Kabupaten Semarang menggunakan konsep waterfront dengan pendekatan arsitektur kontekstual. Sehingga Rawa pening dapat menjadi salah satu destinasi pariwisata yang unggul, bermanfaat, dan nyaman bagi wisatawan.

Kata Kunci: Bawen, Rawa Pening, Waterfront, Arsitektur Kontekstual.

 

ABSTRACT

Rawa pening is a swamp lake with an area of ± 2,670 hectares, Rawa pening occupies 4 (four) districts, namely: Ambarawa, Bawen, Tuntang, and Banyubiru. Management of the swamp that has not been maximized causes a lot of water hyacinth growth which is the cause of siltation in the swamp. In addition, lack of facilities and infrastructure as well as infrastructure is a problem in developing Rawapening as a tourist destination. Therefore, it is necessary to do a diversification of tourist attractions offered to tourists, namely by providing facilities and infrastructure as well as the circulation of Rawa pening tourism visitors in accordance with established standards and managing the existing potential to be developed to support tourism, and improve the economy by empowering communities around Rawa pening. The preparation methodology uses a descriptive method that is by collecting, describing, compiling, and analyzing data which is then obtained by an approach that forms the basis of planning and design. The planning and design of Rawa pening in Bawen Semarang Regency uses a waterfront concept with a contextual architecture approach. So that Rawa pening can become one of the superior, useful, and comfortable tourism destinations for tourists.

 

Keywords: Bawen, Rawa Pening, Waterfront, Contextual Architecture.

References

DAFTAR PUSTAKA
Alexander, C. 1979. The Timeless way of Building. New York: Oxford University Press.

Alexander, Christopher. 1983. A New Theory of urban Design. New York: Oxford University Press.

Badan Pusat Statistik Kabupaten Semarang.

Bengen, D. G. 2002. Ekosistem dan Sumberdaya Alam Pesisir dan Laut serta Prinsip Pengelolaannya. Bogor: Institut Pertanian Bogor.

Breen, Ann & Dick Rigby. 1994. Waterfront, Cities Reclaim Their Edge. New York: Mc. Graw Hill.

C Brolin, Brent. 1980. Architecture in Context. Universitas Michigan: Van Nostrand Reinhold Comp.

Davidoff, Paul & Reiner, Thomas A, 1982. “A Choice Theory of Planning, journal of Amerika institute of Planner. Inggris: Pergamon Press Oxford.

Dinas Pariwisata Kabupaten Semarang Dinas PUPR Kabupaten Semarang
Fandeli, C. 2002. Perencanaan Pariwisata Alam. Yogyakarta: Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada.

Frick, Heinz. 1997. Seri Strategi Arsitektur 1
– Pola Struktural dan Teknik Bangunan di Indonesia. Yogyakarta: Kanisius.

Hakim, L. 2004. Dasar-Dasar Ekowisata. Malang: Bayumedia.

Knudson, D. M. 1980. Outdoor Recreation. London: Mac Millan Publishing Co, Inc.

McGinty, L, Smyth, B. Adaptive. 2006. Analysis of Critiquing and Preference Based Feed Back in Conversation on Recommender System. Int J Electron Commerce.



Neufert, Ernst. Data Arsitek Jilid 1, Jakarta: Erlangga.

Neufert, Ernst. Data Arsitek Jilid 2, Jakarta: Erlangga.

Peraturan Daerah Kabupaten Semarang Nomor 2 Tahun 2015, tentang Bangunan gedung.

Peraturan Daerah Kabupaten Semarang Nomor 6 Tahun 2011, tentang Rencana tata ruang wilayah Kabupaten Semarang Tahun 2011-2031.

Peraturan Menteri Pariwisata Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2018, tentang Petunjuk operasional pengelolaan dana alokasi khusus fisik bidang pariwisata.

Pusat Penelitian dan Pengembangan Pemukiman – Balitbang Kementerian Pekerjaan Umum. 2010. Pengolahan Sampah Berbasis 3R berbasis masyarakat. Bandung.

Sammeng, A. M. 2001. Cakrawala Pariwisata. Jakarta: Balai Pustaka.

Sayan, M. S. dan Atik, M. 2011. Recreation Carrying Capacity Estimates for Protected Areas A Study of Termessos National Park. Turkey: Ekoloji 20.

Shrode, William A., dan Dan Voich, J., 1974, Organization and Management: Basic System Concepts. Kuala Lumpur: Irwin Book Co.

SNI 03-7065-2005, tentang Tata cara perencanaan sistem plumbing.

Soemarwoto, O. 2004. Ekologi Lingkungan Hidup dan Pembangunan. Jakarta: Djambatan Press.

Spillane, J. J. 1994. Pariwisata Indonesia, Siasat Ekonomi dan Rekayasa Kebudayaan. Yogyakarta: Kanisius.

Steiner, Frederick and Butler, Kent. 2007. Planning and Urban Design Standards. Canada: American Planning Association.

Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009, tentang Kepariwisataan.

Wade, John W. 1997. Architectural, Problems, and Purposes. New York: John Willey & Sons, Inc.

Wearing S, dan Neil J. 1999. Ecotourism: Impact, Potential and Possibilities. Great Britain: Butterworth and Heinemann.

Yoeti, O. A. 2003. Tours and Travel Marketing. Jakarta: Pradnya Paramita.

Published

2021-08-23